DAMPAK KETUNARUNGUAN TERHADAP
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN
ANAK TUNA RUNGU
ANAK TUNA RUNGU
Anak
tuna rungu kehilangan/kekurangan dari fungsi organ tubuh mereka yakni pada
pendengaran,sehingga mereka terhambat pada kemampuan bahasa dan bicara.Padahal
itu adalah media untuk mereka untuk berinteraksi dengan lingkungan nya. Tetapi
tidak berarti anak tuna rungu tidak berusaha menjalin hubungan dengan orang
sekitarnya.
Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa anak tuna rungu mengalami hambatan dalam
perkembangan bahasa atau sering disebut anak yang “miskin bahasa”. Sebagai alat
komunikasi dipergunakan bahasa. Ada tiga jenis bahasa yaitu bahasa
lisan,tulisan dan isyarat. Pada umumnya yang dipergunakan adalah bahasa lisan
bagi anak normal namun bagi anak tuna rungu bergantung pada tingkat sejauh mana
ia mampu berkomunikasi.
Tingkat
kecerdasan anak tuna rungu dibedakan menjadi 3 yaitu tinggi (superrior),
rata-rata dan terbelakang. Bagi anak terbelakang dibagi dalam cacat ganda.Secara
kualitatif anak tuna rungu dapat memiliki perbedaan yakni pada daya ingatan dan data
abstraksi
a.
Daya ingatan
adalah kemampuan seseorang untuk mengosiasikan,menyimpan dan membangkitkan
kembali pengalaman-pengalaman. Daya ingatan dapat dibedakan menurut indera yang
digunakan yakni ingatan auditif (yang bersifat pendengaran), visual( yang
bersifat penglihatan) dan sebagainya. Daya ingatan berdasarkkan cara rangsangan
atau stimulus yang diberikan juga dapat dibagi menjadi daya ingatan
sesaat/pendek dan daya ingatan jangka panjang yaitu sesudah 1 jam,1 minggu,1
bulan dan seterusnya. Hasil penyelidikan menunjukan data yang diberi melalui
pendengaran lebih banyak diingat daripada yang enggunak penglihatan.
Dengan
demikian menunjukan bahwa ketunarunguan mempengaruhi daya ingatan. Tetapi tidak
menyeluruh pengaruhnya untuk semua jenis daya ingatan. Perkembangan bahasa yang
kurang sempurna merupakan factor yang merendahkan daya ingatan. Ini berarti
anak tuna rungu akan berprestasi lebih rendah (daya ingatnya) daripada anak
normal untuk materi yang diverbalkan. Dalam materi yang tidak diverbalisasikan
prestasi mereka akan seimbang seperti daya ingatan untuk serangkaian gerakan
dan sebagainya.
b.
Daya abstraksi
Myklebust
berpendapat bahwa daya abstraksi yang kurang pada beberapa tugas hanya akibat
dari terbatasnya kemampuan bahasa anak bukan merupakan suatu keadaan mental
retardation(keterbelakangan mental). Jika kemampuan bahasanya ditingkatkan maka
kemampuan mengabstraksikan bertambah. Dapat disimpulkan bahwa ketuarunguan
mengahambat perkembangan bahasa dan bicara,sehingga anak tuna rungu mengalami
hambatan untuk berkomunikasi dengan orang mendengar. Hal ini berpengaruh pada
proses pendidikannya.
Somad
Permanarian & Hernawati Tati (1996). Ortopedagogik
Anak Tunarungu, Bandung: Dirjen Dikti, Depdikbud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar