KLASIFIKASI
DAN JENIS-JENIS KETUNARUNGUAN
Pada umumnya anak tuna
rungu dibagi atas dua kelompok besar
yaitu tuli dan kurang dengar . untuk tujuan pendidikan anak penderita kelainan
pendengaran diklasifikasikan sesuai dengan tingkat kehilangan pendengarannya.
Orang tuli adalah individu yang
mengalami kehilangan kemampuan pendengaran sehingga menghambat proses
kinformasi bahasa baik memakai alat bantu dengar atau tidak.
Orang kurang dengar adalah indiviidu
yang kehilangan kehilangan sebagian kemampuan pendengarannya tetapi ia masih
memiliki sisa pendengaran dan pemakaian alat bantu dengar memungkinkan
keberhasian serta membantu proses informasi bahasa melalui pendengaran.
Klasifikasi anak tuna rungu menurut
Streng dibagi menjadi 5 yaitu:
1.
Mild Losses yakni kehilangan kemamppuan
mendengar 20-30 deciBell atau dB yang mempunyai ciri-ciri :
a. Sukar
mendengar percakapan yang lemah
b. Tidak
mempunyai kelainan bicara
c. Menuntut
sedikit perhatian khusus dan kesadaran bak dari pihak sekolah maupun guru
d. Jika
kehilagan melebihi 20 dB dan mendekati 30 dB, diperlukan alat bantu dengar
2.
Marginal Losses yakni kehilangan
kemampuan mendengar 30-40 Db yang mempunyai ciri-ciri :
a. Mengerti
percakapan biasa pada jarak satu meter
dan terkadang mendapat kesulitan dalam menangkap percakapan kelompok
b. Percakapan
lemah hanya bisa ditangkap 50% dan jika pembicara tidak ada maka yang ditangkap
akan lebih sedikit atau dibawah 50%
c. Sedikit
mengalami kelainan dalam bicara dan pemrbendaharaan kata terbatas
d. Kebutuhannya
yaitu belajar membaca ujaran , latihan mendengar, penggunan alat bantu
dengar,latihan bicara, latihan arikulasi dan perhatian dalam perkembangan
perbendaharaan kata.
3.
Moderat Losses yakni kehilangan
kemampuan mendengar 40-60 dB yang mempnyai ciri-ciri :
a. Mengerti
percakapan yang keras pada jarak satu meter
b. Perbendaharaan
kata mereka terbatas
c. Program
pendidikannya yaitu membutuhkan alat bantu dengar untuk menguatkan sisa
pendengarannya dan penambahan alat –alat bantu pengajaran yang bersifat visual,
latihan artikulasi dan membaca ujaran
d. Mereka
perlu masuk SLB bagian B
4.
Severe Losses yakni kehilangan kemampuan
mendengar 60-70 dB yang mempunyai ciri-ciri :
a. Masih
bisa mendengar suara yang keras dari jarak dekat misalnya mesin pesawat
terbang, klakson mobil dan lolong anjing
b. Dapat
membedakan huruf hidup tetapi tidak dapat membedakan bunyi huruf konsonan
c. Masih
dapat mempunyai sisa pendengaran sehingga dilatih melalui latihan pendengaran
d. Mereka
perlu masuk SLB bagian B
5.
Profound Losses yakni kehilangan
kemampuan mendengar 75 dB keatas yang mempunyai ciri-ciri :
a. Dapat
mendengar suara yang keras dari jarak satu inchi (2,54 cm) atau sama sekali
tidak dapat mendengar
b. Tidak
sadar akan bunyi-bunyi keras tetapi mungkin ada reaksi jiak didekatkan dengan
telinga, meskipun menggunakan pengeras sara mereka tidak dapat menggunaan
pendengarannya untuk menangkap dan memahami bahasa
c. Memerlukan
pengajaran khusus yang intensif di segala bidang tanpa menggunakan mayoritas
indera pendengaran
d. Teknik
khusus untuk mengembangkan bicara dengan metode visual, taktil, kinestetik,
serta semua hall yang dapat membantu terhadap perkembangan bicara dan bahasanya
Somad Permanarian & Hernawati Tati
(1996). Ortopedagogik Anak Tunarungu,
Bandung: Dirjen Dikti, Depdikbud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar